Senin, 03 September 2012

Tips Menumbuhkan Kreatifitas Anak

Anak yang kreatif adalah anak yang aktif, selalu penuh rasa ingin tahu, penuh dengan ide baru, pertanyaan atau pendapatnya baru dan mengesankan, dan setelah besar akan bisa eksis.

Ada 10 cara mengasah kreativitas anak, yaitu:
1.      Memiliki tokoh idola
Masa kanak-kanak adalah masa meniru. Maka rajin-rajinlah memperkenalkan mereka dengan tokoh-tokoh sukses yang anda kagumi melalui cerita yang menarik.
2.      Mengaktifkan otak kanan
Mulailah mengaktifkan otak kanan anak dengan memberi kesempatan untuk mendengarkan musik, ikut bernyanyi dan menari, melukis, membuat puisi, mengajak anak berimajinasi. Kegiatan melamun ternyata dapat menguatkan otot-otot kreatif.
3.      Menambahkan perbendaharaan kata-katanya
Satu hari satu kata baru sudah cukup baik untuk anak agar siap menangkap (berhubungan) dengan setiap gagasan baru.
4.      Menggunakan ke dua sisi tubuh
Latihlah anak menggunakan kedua sisi tubuhnya secara bergantian. Misalnya pada kegiatan sehari-hari seperti menyisir, menyikat gigi, menangkap dan melempar bola. Tujuannya adalah agar ke dua sisi otak dapat diaktifkan secara bersamaan.
5.      Biasakan melihat secara mendetail
Ajaklah anak untuk melihat banyak hal serta melihat bagian-bagian kecilnya. Pada kesempatan yang berbeda, tanyakan hal-hal tersebut pada anak dan ciri – cirinya.
6.      Biasakan membuat catatan atau gambar
Kegiatan menggambar biasa sangat disukai oleh anak. Bisa menggunakan crayon atau pun pensil warna. Warna sendiri dapat merangsang otak untuk membuat hubungan dan asosiasi yang berbeda-beda.
7.      Ajarkan mendengar atau menyimak
Dengan menjadi pendengar yang baik, anak akan menjadi pribadi yang menarik dan penuh minat, sekaligus memiliki daya ingat dan daya kreatif untuk melihat berbagai sudut pandang.
8.      Ajarkan bergurau
Karena humor adalah suatu kegiatan yang sangat kreatif, maka ajaklah anak bergurau agar dapat menambah daya kreatifnya.
9.      Latih menghubungkan konsep
Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan permainan meniru gerakan . Contohnya kita melayang seperti burung, atau kita terbang seperti pesawat.
10.  Kreatif sehari-hari
Jadikan waktu luang penuh dengan kegiatan, seperti membuat kue, membuat kartu, membuat mainan dari barang bekas, berkebun, menata rumah, dan melakukan permainan yang dapat memupuk daya sportifitas anak. (Desri Susilawani)

Sabtu, 04 Agustus 2012

Menumbuhkan Jiwa Entrepreneur Anak


Entrepreneurship (jiwa kewirausahaan) merupakan kemampuan untuk menginternalisasikan kemampuan wirausaha dan menangkap peluang usaha atau bisnis yang ada. Seorang wirausaha akan berani mengambil risiko, inovatif, kreatif, disiplin, pantang menyerah, dan mampu menyiasati peluang secara tepat. Kewirausahaan juga bisa menjadi salah satu jalan (peluang) untuk mendapatkan rezeki. Rasulullah saw. bersabda, “Sebaik-baik pekerjaan adalah pekerjaan seorang pria dengan tangannya dan setiap jual beli yang mabrur.” (HR Ahmad, al-Bazzar, ath-Thabrani).

Pentingnya Jiwa Entrepreneur
Memiliki jiwa entrepeneur berarti mendorong adanya mental yang mandiri, kreatif, inovatif, bertanggung jawab, disiplin, dan tak mudah menyerah, seperti layaknya seorang wirausaha ketika memulai usahanya dari bawah. Alangkah baiknya jika sifat-sifat ini ditanamkan pada anak sejak dini untuk membantu mereka menjalani seluruh kehidupannya.
Memiliki jiwa entrepreneur akan membuat anak tumbuh menjadi anak yang lebih mandiri dan tidak bergantung pada orang lain, mampu berpikir kreatif dan inovatif, serta lebih menghargai uang dan barang. Kelak bila sudah dewasa, ia akan relatif lebih mudah untuk benar-benar menjadi wirausahawan. Dalam konteks perjuangan, berbisnis adalah jalan paling masuk akal untuk meraih kebebasan ideologis, yang biasanya diawali dari didapatnya kebebasan finansial. Maksudnya, dengan memiliki usaha yang mantap, kelak ia akan bisa memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri, tidak bergantung pada sebuah instansi atau lembaga yang kadang membuatnya harus terikat, baik dari segi waktu apalagi dari sisi ideologi. Maka dari itu, dari kebebasan finansial akan didapat kebebasan ideologis atau kebebasan untuk berjuang.
Menjadi entrepreneur yang tangguh membutuhkan proses, tidak bisa instant dalam sekejap. Motivasi yang kuat adalah modal utama, selain keberanian dan ketekunan. Di sinilah menjadi penting bagaimana menumbuhkan jiwa entrepreneur ini pada anak-anak.

Beberapa Kiat
1. Keteladanan orangtua.
Jiwa keriwausahawan memerlukan contoh nyata. Contoh terbaik datang dari orangtua. Bila orang tua adalah seorang pengusaha, biasanya tidak sulit untuk membentuk jiwa kewirausahawan pada diri anak oleh karena mereka sehari-hari melihat hal itu pada diri orangtua.
Kenalkan jiwa entrepreneur dalam lingkungan keluarga dan orangtua bisa menjadi teladan buat anak. Jika di rumah memiliki usaha, libatkan anak. Sepakati jenis pekerjaan apa yang mesti dilakukan anak. Tentu sebatas yang bisa dijangkau oleh mereka. Kalau perlu, beri anak “upah”, dari apa yang telah dia kerjakan. Cara ini tentu bukan dimaksudkan untuk mempekerjakan mereka, tetapi melatih mereka agar memiliki pengalaman bagaimana menjadi pekerja, sekaligus menanamkan pelajaran bagaimana menghargai hasil keringat sendiri.
Sesekali ajak anak-anak berbelanja kebutuhan mereka dari usaha yang dilakukan. Beri mereka tugas untuk mencari informasi berbagai harga barang-barang di pasar yang dibutuhkan. Selanjutnya, hasil survei pasar bisa dianalisis dan dijadikan bahan diskusi dalam keluarga. Ini agar anak menjadi akrab dengan kehidupan nyata, mampu berkomunikasi dengan baik, mengemukakan pendapat, menarik kesimpulan, sekaligus membiasakan diri selalu mengikuti perkembangan ekonomi sehari-hari.
2. Latihan di sekolah.
“Business Day” atau ”Market Day” merupakan salah satu cara bagaimana melatih jiwa entrepreneur anak di sekolah. Pada acara tersebut, anak-anak bisa dibagi menjadi beberapa kelompok, yang akan mulai berjualan. Target konsumen adalah kakak, adik kelas, guru dan orangtua. Anak-anak boleh menerapkan berbagai macam strategi yang halal tentunya, agar barang-barangnya laku terjual. Untuk bisa menghasilkan barang produksi yang layak jual, mereka harus melalui proses yang panjang. Pertama dimulai dari mendiskusikan jenis barang yang akan  dijual dan bagaimana cara mendapatkan modalnya. Setelah itu, tahap pengerjaan yang bisa dilakukan di rumah atau di sekolah. Barang-barang yang sudah siap dijual masih perlu di kemas agar terlihat lebih rapi dan menarik. Barulah setelah semuanya selesai, barang-barang hasil karya anak dijual oleh mereka sendiri di sekolah.
Mereka sendirilah yang menjadi pelaku bisnis dan aktif menjalankan kegiatan perniagaan; mulai dari membuat barang, mengemas dan mempromosikan barang sampai pada tahap akhir penjualan. Di sini pula mereka bisa belajar tentang artinya untung atau rugi. Yang dapat untung bersyukur, dan setelah uang modal kembali, mereka membagi hasil keuntungannya sama rata. Yang mendapat rugi, tidak perlu kecewa, karena ini adalah pelajaran yang berharga buat mereka agar nantinya lebih pandai membuat strategi pemasaran.
3. Melalui cerita.
Menceritakan kisah hidup akan merangsang anak untuk meniru atau meneladaninya. Abdurahman bin Auf adalah sosok entrepreuneur yang sukses. Tidak hanya pejuang Islam yang hebat, ia juga pengusaha yang sukses. Tatkala Rasulullah saw. dan para sahabat diizinkan Allah hijrah ke Madinah, Abdurrahman bin Auf dipersaudarakan dengan Saad bin Rabi al-Anshari. Saad termasuk orang kaya di antara penduduk Madinah. Ia berniat membantu saudaranya dengan sepenuh hati, namun Abdurrahman menolak. Ia hanya berkata, “Tunjukkanlah padaku di mana letak pasar di kota ini!”
Sejak itulah kehidupan Abdurrahman menjadi makmur. Begitu besar berkah yang diberikan Allah kepadanya sampai ia dijuluki ‘Sahabat Bertangan Emas’.
Abdurrahman bin Auf adalah sahabat yang dikenal paling kaya dan dermawan. Ia tak segan-segan mengeluarkan hartanya untuk jihad di jalan Allah. Pada waktu Perang Tabuk, Rasulullah memerintahkan kaum Muslim untuk mengorbankan harta benda mereka. Dengan patuh Abdurrahman bin Auf memenuhi seruan Nabi saw. Ia memelopori dengan menyerahkan dua ratus ‘uqyah emas. Setelah Rasulullah wafat, Abdurrahman bin Auf bertugas menjaga kesejahteraan dan keselamatan Ummahat al-Mu’minin (para istri Rasulullah). Beliau bertanggung jawab memenuhi segala kebutuhan mereka dan mengadakan pengawalan bagi ibu-ibu mulia itu bila mereka bepergian. Begitulah, doa Rasulullah bagi Abdurrahman bin Auf terkabulkan. Allah senantiasa melimpahkan berkah-Nya, sehingga ia menjadi orang terkaya di antara para sahabat. Bisnisnya terus berkembang dan maju. Semakin banyak keuntungan yang ia peroleh semakin besar pula kedermawanannya. Hartanya dinafkahkan di jalan Allah, baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Walau termasuk konglomerat terbesar pada masanya, itu tidak mempengaruhi jiwanya yang dipenuhi iman dan takwa.
4. Memadukan usaha dengan hobi.
Cobalah perhatikan kegemaran anak. Jika dia senang membaca, misalnya, tanyakan berapa banyak koleksi bukunya. Kalau cukup banyak, berilah saran agar ia menyewakan koleksinya kepada teman-temannya. Pujilah hasil karya anak, agar ia merasa percaya diri untuk menjual kepada teman-temannya. Langkah berikut, ajarkan kepada anak untuk menentukan harga. Sebagai orangtua yang bijak, katakan kepadanya agar tidak mengambil keuntungan terlalu banyak. Lalu ajari dia untuk membuat laporan keuangan yang sangat sederhana, agar ia bisa bertanggung jawab terhadap setiap pemasukan dan pengeluaran.
5. Mengajak anak melihat tempat usaha.
Mengajak anak melihat tempat usaha juga merupakan cara yang ampuh. Tak perlu menjadi pengusaha terlebih dulu untuk mengenalkan anak pada dunia usaha. Ajak anak melihat berjalannya suatu usaha ke teman yang punya usaha kecil, misalnya. Kalau perlu mintalah izin kepadanya untuk menerimanya magang saat liburan.
6. Melalui permainan.
Carilah permainan yang anak tak sekadar bermain, namun juga menyusun strategi bisnis dan berinvestasi. Dari permainan diharapkan anak akan bisa mengelola keuangan, membelanjakan uang, bahkan kerugian atau risiko dalam bisnis.
7. Magang.
Selain memperkenalkan anak pada kondisi usaha riil, dengan magang anak bisa melihat langsung praktik dari teori-teori yang telah dia peroleh. Akan lebih efektif jika sekolah juga mendirikan usaha nyata. Misalnya, sekolah mendirikan kantin, dan secara bergiliran anak-anak yang mengelola kantin tersebut.
Dengan menumbuhkan jiwa entrepreneur pada anak, diharapkan sebesar apa pun krisis finansial yang dia hadapi nantinya, akan dapat disikapi dengan tenang. Sebab, anak telah terbiasa memecahkan problem berat dengan strategi yang cepat dan tepat. Bagaimanapun perjuangan menegakkan syariah dan Khilafah, tidak hanya membutuhkan semangat dan ilmu, tetapi juga dana. Ketika kebebasan finansial sudah dimiliki, insya Allah akan membantu kelancaran jalannya dakwah, dan kemampuan finansialnya akan melengkapi perjuangannya; seperti halnya yang terjadi pada Abdurrahman bin Auf. WalLahu a‘lam. [] Zulia Ilmawati adalah Pemerhati Masalah Anak dan Keluarga (HTI).

Senin, 30 Juli 2012

Belajar yang Menyenangkan

Kami memiliki cita-cita agar anak-anak kami dapat secara optimal melejitkan potensi terpendam yang dimilikinya. Oleh karenanya, kami berupaya agar anak-anak belajar secara menyenangkan dan mengalir bak  air yang mengalir tanpa beban.


Minggu, 29 Juli 2012

Merangsang Kreatifitas Anak



Sering kita menemukan seorang anak yang terlihat malas di kelas atau memiliki nilai sekolah yang tidak terlalu baik. Namun ada kalanya mereka bisa mendapatkan nilai yang melebihi teman-teman mereka satu kelas, atau memiliki sesuatu kemampuan yang tidak kita duga dan tidak bisa dilakukan oleh anak-anak yang lain. Jadi bila anda menemukan seorang anak atau bahkan mungkin buah hati kita sendiri terlihat “kurang pandai” jangan berkecil hati. Mungkin saja dia adalah anak yang kreatif dan cerdas, namun belum terlatih / terasah dengan baik. Saya percaya, semua anak memiliki bakat untuk menjadi anak yang cerdas dan kreatif. Lalu bagaimana untuk bisa melatih anak agar bisa menjadi anak yang cerdas dan kreatif? Mari kita ikuti tips-tips di bawah ini:
Ada 10 cara mengasah kreativitas anak, yaitu:


1. Berkreasi setiap hari
Untuk menunjukkan kepedulian kita pada sang buah hati dalam berkreasi, marilah kita ajarkan buah hati kita untuk membuat sesuatu yang kreatif. Misalnya dengan menggambar, melipat kertas, bermain game ( porsi yang semestinya), bermain permainan-permaian edukatif, bernyanyi, bercerita, dan masih banyak lagi. Usahakanlah untuk bisa menemukan sesuatu yang baru dan berbeda dari apa yang pernah dilakukan oleh sang buah hati, sehingga anak tidak merasa bosan dan terpacu untuk lebih berpikiran kreatif.

2.Menggunakan ke dua sisi tubuh
Hal ini memang tidak lazim dilakukan. Namun bila buah hati kita kita latih sejak dini untuk melakukan hal ini, maka hal ini akan sangat bermanfaat di kemuadian hari. Bagaimana caranya? Yaitu dengan melatih anak melakukan sesuatu menggunakan kedua sisi tubuh. Hal paling sederhana yang bisa dilakukan adalah dengan menggambar atau mewarnai menggunakan tangan yang biasa digunakan dalam aktivitas sehari-hari. Misalnya, buah hati kita biasa menggunakan tangan kanan saat melakukan aktivitas sehari-hari (menulis, sikat gigi, makan, dll). Maka kita ajari mereka menggunakan tangan kiri saat menggambar. Akan lebih baik lagi bila dalam aktivitas sehari-hari pun mereka juga terlatih untuk menggunakan tangan yang bergantian. Hal ini akan sangat bermanfaat untuk menyeimbangkan otak kanan dan kiri.

3. Memiliki tokoh yang bisa diteladani dan diidolakan
Dengan memperkenalkan banyak tokoh dunia yang telah sukses, anak-anak menjadi tahu berbagai macam kepribadian dan prestasi dari orang lain. Hal ini sangat penting. Kenapa? Karena anak-anak suka sekali meniru orang lain. Tokoh-tokoh ini bisa seorang pahlawan, penemu, rohaniwan, dan tokoh-tokoh lain yang bisa menjadi teladan buat sang buah hati. Jangan sampai buah hati kita hanya mengidolakan tokoh-tokoh kartun atau film (seperti Tom and Jerry, Superman, Batman, dll). Hal ini memang tidak dilarang, namun akan lebih baik bila tokoh-tokoh tersebut adalah seseorang yang nyata sehingga bisa menumbuhkan motovasi anak untuk meniru hal-hal yang baik di dalam diri tokoh tersbut, lalu diteladani dalam kehidupan yang nyata.

4. Meningkatkan perbedaharaan kata pada anak
Semakin tinggi perbedaharaan kata anak, maka seorang anak akan menjadi lebih mudah dalam memahami seseuatu. Misalnya pada saat membaca. Bila buah hati kita banyak mengetahui makna kata yang dia baca di dalam sebuah artikel, maka mereka akan lebih mudah memahami isi artikel yang ia baca. Dengan mengerti isi artikel yang ia baca, maka pengetahuan si kecil pun menjadi lebih luas.

5. Melatih kemapuan mendengar anak
Secara pribadi, sebagai guru bahasa Inggris, saya sering menggunakan media audio sebagai media pembelajaran anak. Misalnya, dengan menggunakan Tape dan Laoudspeaker. Alat-alat tersebut saya gunakan saat melatih kemampuan mendengar anak-anak dalam belajar bahasa Inggris. Untuk melatih penglihatan, mungkin akan lebih mudah karena pada saat melihat TV pun anak-anak sudah belajar mengerti sesuatu dengan indera penglihatan. Agar indera pendengaran bisa terlatih dengan baik, alangkah lebih baik bila kita sering-sering mengajak anak untuk mendengarkan lagu atau cerita lalu menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan lagu atau cerita tersebut (misalnya dengan cara tebak-tebakan).

6. Menggunakan warna-warni saat bermain dan belajar
Mengapa mainan anak-anak berwarna-warni? Mungkin sebagian dari kita warna-warni hanya digunakan untuk menarik minat anak-anak untuk membeli mainan yang ditawarkan. Namun sebenarnya ada fungsi lain yang lebih bermanfaat. Warna-warni yang biasa dipakai dalam mainan anak ternyata juga bisa mengaktifkan otak kanan. Jadi pada saat buah hati kita belajar menulis, menggambar, dan mewarnai, usahakan menggunakan pensil atau peralatan lain yang berwarna-warni.

7. Melatih ketelitian anak
Saat anak melihat sebuah gambar jerapah, akan lebih mudah bagi anak untuk mengatakan bahwa itu adalah seekor jerapah, daripada melihat kaki jerapah yang panjang dan meminta anak menyebutkan alasan kenapa kaki jerapah begitu panjang. Mengapa hal ini sangat penting? Karena dengan membiasakan anak untuk belajar sesuatu secara lebih mendetail atau kompleks, maka anak-anak akan menjadi lebih termotivasi untuk “mengenal secara lebih” tentang sesuatu yang sudah mereka ketahui. Sehingga kelak setelah mereka dewasa, mereka tidak hanya tertarik untuk menggunakan sesuatu yang telah ada, namun menemukan hal-hal baru lain tentang sesuatu yang pernah ia pakai dan menciptakan sesuatu yang baru lewat sesuatu yang telah ada (semoga bahasanya bisa dipahami).

8. Memberikan liburan yang kreatif
Liburan yang kreatif tidak harus mahal, namun yang terpenting adalah sesuai dengan minat anak. Hal ini bahkan bisa dilakukan di rumah. Misalnya dengan berkebun, mendekorasi rumah, membuat kreasi pernik-pernik, dan masih banyak lagi. Bila perlu kita juga mengajak anak berlibur di luar rumah, misalnya ke tempat wisata yang memiliki permainan outbound. Anak-anak aktif biasanya akan menyukai hal ini, karena segala “emosi dan jiwa” mereka bisa tersalurkan dengan baik. Selain itu, dari pembinaan kakak outbound, anak akan mendapatkan banyak pelajaran tentang arti kerjasama, toleransi, sosialisasi, dan lain-lain. Anak aktif juga harus memiliki moral dan etika yang baik kan? Selain itu diperlukan juga….

9. Jangan terlalu serius dalam mendidik
Suasana keluarga yang terlalu serius dan kaku, biasanya juga kurang mendukung kreatifitas anak untuk bisa berkembang. Gurauan dan humor-humor kecil sangatlah penting di dalam sebuah keluarga. Kita bisa mengajak buah hati kita bercanda pada saat-saat santai, membacakan cerita humor, menceritakan pengalaman sehari-hari yang lucu, dan masih banyak lagi cara lain yang bisa membuat anak merasa rileks saat bertemu dengan orang tuanya. Hal ini juga akan membuat anak merasakan suka cita saat berada di dalam rumah, sehingga anak-anak kita pun bisa lebih ekspresif terutama yang berhubungan dengan kreatifitas yang dia minati dan bakat yang dimiliki.

10. Melatih kemampuan otak kanan
Dengan mengajak anak-anak bernyanyi, berpuisi, menggambar, dan berbagai macam kegiatan kreatif lainnya, kemapuan otak kanan akan bekerja dengan lebih optimal. Di sekolah, biasanya anak-anak akan lebih cenderung menggunakan otak kiri, dan bila kemampuan otak kanan dan kiri bisa bekerja dengan baik dan seimbang, maka anak-anak tidak hanya akan berpeluang mendapatkan prestasi di bidang akademisa saja, melainkan bisa meraih prestasi-prestasi di bidang yang lain, misalnya kesenian. (Kak Zepe, Pencipta Lagu2anak)

Inovasi Membangun Karakter Bangsa



Dalam Seminar Nasional “Budaya Inovasi Membangun Karakter Bangsa Sendiri”, Prof Djamaludin Ancok, seorang Psikologi UGM mengatakan bahwa selama ini sistem pendidikan di Indonesia dinilai sangat buruk karena tidak memicu inovasi dan cenderung memasung. Menurutnya, pemandangan ini dapat dilihat saat memasuki sekolah. Di sekolah guru seluruh menyuruh siswa melipat tangannya, mulut ditutup, dan tidak bergerak. Demikian pula bila menggambar, dari dulu sampai sekarang hanya menggambar pemandangan, ada gunung, burung, dan lainnya.  Bangsa ini membutuhkan suatu inovasi. Untuk menumbuhkan inovasi maka guru harus mengisi kompetensi anak serta memotivasi dan membesarkan hati anak sebagaimana ajaran Ki Hajar Dewantara, yaitu ing ngarso sung tulada, ing madya bangun karsa, ing madya bangun karasa. (Media Indonesia, 12 Juli 2012)

Rabu, 18 Juli 2012

Pendidikan Anak Agar Kreatif



“Pendidikan agar anak kreatif atau cerdas itu dirintis sejak dalam kandungan. Untuk itu, ada tiga hal yang harus disiapkan. Yakni nutrisi, kasih sayang, dan stimulasi. Semua harus dipersiapkan sejak dalam kandungan sampai tiga tahun pertama,” terang dr Soedjatmiko, SpA (K), MSi ditemui di Eka Hospital Tangerang, Minggu (14/11). Menurutnya, tiga tahun pertama adalah masa perkembangan otak yang paling pesat.
Bukan berarti setelah tiga tahun, orangtua bisa lepas tanggung jawab begitu saja. Di rumah, orangtua bisa melakukan banyak hal untuk mendidik putra-putrinya. Semua dilakukan berdasar tiga asas tadi:  nutrisi, kasih sayang, dan stimulasi. “Misalnya, anak diajak mengobrol, bercanda, dan menyanyi. Pada fase itu, mungkin anak kita belum bisa membalas obrolan atau menyanyi lagu. Setidaknya, ketika anak mendengar orangtua menyanyi atau bersenandung, anak memperoleh rangsangan. Itu salah satu bentuk orangtua mendidik anak-anaknya,” sambung Soedjatmiko.
Kelompok bermain atau TK bukan satu-satunya kubu yang mengantar anak meraih kecerdasan. Soedjatmiko mengumpamakan, nutrisi atau asupan makanan membentuk hardware. Kasih sayang dan rangsangan membangun unsur software buah hati Anda. Soedjatmiko menekankan kasih sayang dan rangsangan disertai alasan kuat.
“Berapa jam durasi anak-anak tinggal di TK? Mereka berangkat jam 8 pagi lalu pulang jam 11 siang, misalnya. Anak-anak tidur katakanlah 10 jam. Mereka menimba ilmu di playgroup atau TK 3 jam. Masih ada sisa 11 jam per sehari. Nah, mau diisi apa yang 11 jam ini? Siapa yang seharusnya mengisi setelah anak-anak keluar dari gedung sekolah? Orangtua,” lanjutnya.
Tiga Jam Dibanding 13 Jam
Ia kembali mempertanyakan, “Apakah yang 3 jam sanggup mengalahkan yang 11 jam? Tidak. Peran orangtua sangat besar. Lebih dari itu, yang 11 jam ini harusnya diisi keluarga. Keluarga bisa siapa saja.” Bisa kakek-nenek si kecil. Bisa paman dan bibi atau kakaknya. Keluarga punya peran besar dalam memberi pendidikan.
Kasih sayang dan stimulasi diberikan setiap saat, oleh segenap elemen keluarga. Pendidikan di lingkungan keluarga, bisa dilakukan dengan bermain-main. Misalnya, petak umpet, menyusun puzzle sederhana, belajar mencoret, dan menyusun tutup botol. Stimulasi adalah stimulasi. Tidak ada stimulasi besar maupun kecil.
Soedjatmiko mencontohkan, anak usia tiga tahun punya kemampuan menyentuh, menggambar, membangun, berkhayal, berlari, memanjat, meluncur, mengayun, dan berkonsentrasi. Selama tiga jam mereka sudah memperoleh pelajaran dari para guru di playgroup. Sepulang dari playgroup, orangtua bisa mengasah kecerdasan anak dengan cara tak kalah fun.
“Misalnya, dengan bermain balok-balok kayu (mainan rekonstruksi). Manfaatnya, memberi anak kesempatan memanipulasi dan menumbuhkan rasa bangga atas keberhasilannya,” ulas penulis buku Cara Praktis Membentuk Anak Sehat, Tumbuh Kembang Optimal, Kreatif, dan Cerdas Multipel.
Beberapa mainan lain yang disarankan misalnya, buku cerita bergambar warna-warni atau peralatan masak. Mainan jenis ini merangsang daya imajinasi dan memberi kesempatan si kecil merealisasikan. Contoh lain, papan luncur, ayunan, sepeda tiga roda, atau alat main yang dapat dipanjat bisa melatih otot-otot besar. Mereka juga bisa belajar ketinggian untuk merangsang imajinasi maupun keberanian. Selamat mencoba (Wayan Diananto).

Rabu, 04 Juli 2012

Konsep Kewirausahaan pada Anak


Kewirausahan adalah suatu sikap, jiwa dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru yang sangat bernilai dan berguna bagi dirinya dan orang lain. Kewirausahaan merupakan sikap mental dan jiwa yang selalu aktif atau kreatif berdaya, bercipta, berkarya dan bersahaja dan berusaha dalam rangka meningkatkan pendapatan dalam kegiatan usahanya. Seseorang yang memiliki karakter wirausaha selalu tidak puas dengan apa yang telah dicapainya. Wirausaha adalah orang yang terampil memanfaatkan peluang dalam mengembangkan usahanya dengan tujuan untuk meningkatkan kehidupannya. Norman M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993:5), “An entrepreneur is one who creates a new business in the face of risk and uncertainty for the purpose of achieving profit and growth by identifying opportunities and asembling the necessary resources to capitalze on those opportunities”. Wirausahawan adalah orang-orang yang memiliki kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis; mengumpulkan sumber daya-sumber daya yang dibutuhkan untuk mengambil tindakan yang tepat, mengambil keuntungan serta memiliki sifat, watak dan kemauan untuk mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia nyata secara kreatif dalam rangka meraih sukses/meningkatkan pendapatan. Intinya, seorang wirausaha adalah orang-orang yang memiliki karakter wirausaha dan mengaplikasikan hakikat kewirausahaan dalam hidupnya. Dengan kata lain, wirausaha adalah orang-orang yang memiliki jiwa kreativitas dan inovatif yang tinggi dalam hidupnya.
Dari beberapa konsep di atas menunjukkan seolah-olah kewirausahaan identik dengan  kemampuan para wirausaha dalam dunia usaha (business). Padahal, dalam kenyataannya, kewirausahaan tidak selalu  identik dengan karakter wirausaha semata, karena karakter wirausaha kemungkinan juga dimiliki oleh seorang yang bukan wirausaha. Wirausaha mencakup semua aspek pekerjaan, baik karyawan swasta maupun pemerintahan (Soeparman Soemahamidjaja, 1980). Wirausaha adalah mereka yang melakukan upaya-upaya kreatif dan inovatif dengan jalan mengembangkan ide, dan meramu sumber daya untuk menemukan peluang (opportunity) dan perbaikan (preparation) hidup (Prawirokusumo, 1997).
Kewirausahaan (entrepreneurship) muncul apabila seseorang individu berani mengembangkan usaha-usaha dan ide-ide barunya. Proses kewirausahaan meliputi semua fungsi, aktivitas dan tindakan yang berhubungan dengan perolehan peluang dan penciptaan organisasi usaha (Suryana, 2001). Esensi dari kewirausahaan adalah menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses pengkombinasian sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda agar dapat bersaing. Menurut Zimmerer (1996:51), nilai tambah tersebut dapat diciptakan melalui cara-cara sebagai berikut:
  1. Pengembangan teknologi baru (developing new technology),
  2. Penemuan pengetahuan baru (discovering new knowledge),
  3. Perbaikan produk (barang dan jasa) yang sudah ada (improving existing products or services),
  4. Penemuan cara-cara yang berbeda untuk menghasilkan barang dan jasa yang lebih banyak dengan sumber daya yang lebih sedikit (finding different ways of providing more goods and services with fewer resources).
Walaupun di antara para ahli ada yang lebih menekankan kewirausahaan pada peran pengusaha kecil, namun sebenarnya karakter  wirausaha juga dimiliki oleh orang-orang  yang berprofesi di luar wirausaha. Karakter kewirausahaan ada pada setiap orang yang menyukai perubahan,   pembaharuan, kemajuan dan tantangan, apapun profesinya.
Dengan demikian, ada enam hakikat pentingnya kewirausahaan, yaitu:
  1. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses dan hasil bisnis (Ahmad Sanusi, 1994)
  2. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang dibutuhkan untuk memulai sebuah usaha dan mengembangkan usaha (Soeharto Prawiro, 1997)
  3. Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru (kreatif) dan berbeda (inovatif) yang bermanfaat dalam memberikan nilai lebih.
  4. Kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (Drucker, 1959)
  5. Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreatifitas dan keinovasian dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan usaha (Zimmerer, 1996)
  6. Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan.
Berdasarkan keenam pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan adalah  nilai-nilai yang membentuk karakter dan perilaku seseorang yang selalu kreatif berdaya, bercipta, berkarya dan bersahaja dan berusaha dalam rangka meningkatkan pendapatan dalam kegiatan usahanya. Meredith dalam Suprojo Pusposutardjo(1999), memberikan  ciri-ciri seseorang yang memiliki karakter wirausaha sebagai orang yang (1) percaya  diri, (2) berorientasi tugas dan hasil, (3) berani mengambil risiko, (4) berjiwa kepemimpinan, (5) berorientasi ke depan, dan (6)  keorisinalan.
Jadi, untuk menjadi wirausaha yang berhasil, persyaratan utama yang harus dimiliki adalah memiliki jiwa dan watak kewirausahaan. Jiwa dan watak kewirausahaan tersebut dipengaruhi oleh keterampilan, kemampuan, atau kompetensi. Kompetensi itu sendiri ditentukan oleh pengetahuan dan pengalaman usaha. Seperti telah dikemukakan di atas, bahwa seseorang wirausaha adalah seseorang yang memiliki jiwa dan kemampuan tertentu dalam berkreasi dan berinovasi. Ia adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different) atau kemampuan kreatif dan inovatif. Kemampuan kreatif dan inovatif tersebut secara riil tercermin dalam kemampuan dan kemauan untuk memulai usaha (start up), kemampuan untuk mengerjakan sesuatu yang baru (creative), kemauan dan kemampuan untuk mencari peluang (opportunity), kemampuan dan keberanian untuk menanggung risiko (risk bearing) dan kemampuan untuk mengembangkan ide dan meramu sumber daya.
B.   Pendidikan Kewirausahaan di Sekolah
Pendidikan kewirausahaan bertujuan untuk membentuk manusia secara utuh (holistik), sebagai insan yang memiliki karakter, pemahaman dan ketrampilan sebagai wirausaha. Pada dasarnya, pendidikan kewirausahaan dapat diimplementasikan secara terpadu dengan kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah. Pelaksanaan pendidikan kewirausahaan dilakukan oleh kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan (konselor), peserta didik secara bersama-sama sebagai suatu  komunitas pendidikan. Pendidikan kewirausahaan diterapkan ke dalam kurikulum dengan cara mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan di sekolah yang dapat merealisasikan pendidikan kewirausahaan dan direalisasikan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.  Dalam hal ini, program pendidikan kewirausahaan di sekolah dapat diinternalisasikan melalui berbagai aspek.
1.   Pendidikan Kewirausahaan Terintegrasi Dalam Seluruh Mata Pelajaran
Yang dimaksud dengan pendidikan kewirausahaan terintegrasi di dalam proses  pembelajaran adalah penginternalisasian nilai-nilai kewirausahaan ke dalam pembelajaran sehingga hasilnya diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, terbentuknya karakter wirausaha dan pembiasaan nilai-nilai kewirausahaan ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga dirancang dan dilakukan untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari/peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai kewirausahaan dan menjadikannya perilaku. Langkah ini dilakukan dengan cara mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan ke dalam pembelajaran di seluruh mata pelajaran yang ada di sekolah. Langkah pengintegrasian ini bisa dilakukan pada saat menyampaikan materi, melalui metode pembelajaran maupun melalui sistem penilaian.
Dalam pengintegrasian nilai-nilai kewirausahaan ada banyak nilai yang dapat ditanamkan pada peserta didik. Apabila semua nilai-nilai kewirausahaan tersebut harus ditanamkan dengan intensitas yang sama pada semua mata pelajaran, maka penanaman nilai tersebut menjadi sangat berat. Oleh karena itu penanaman nilainilai kewirausahaan dilakukan secara bertahap dengan cara memilih sejumlah nilai pokok sebagai pangkal tolak bagi penanaman nilai-nilai lainnya. Selanjutnya nilai-nilai pokok tersebut diintegrasikan pada semua mata pelajaran. Dengan demikian setiap mata pelajaran memfokuskan pada penanaman nilai-nilai pokok tertentu yang paling dekat dengan karakteristik mata pelajaran yang bersangkutan. Nilai-nilai pokok kewirausahaan yang diintegrasikan ke semua mata pelajaran pada langkah awal ada 6 (enam)  nilai pokok yaitu: mandiri, kreatif pengambil resiko, kepemimpinan, orientasi pada tindakan dan kerja keras.
Integrasi pendidikan kewirausahaan di dalam mata pelajaran dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pada semua mata pelajaran. Pada tahap perencanaan, silabus dan RPP dirancang agar muatan maupun kegiatan pembelajarannya memfasilitasi untuk mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan. Cara menyusun silabus yang terintegrsi nilai-nilai kewirausahaan dilakukan dengan mengadaptasi silabus yang telah ada dengan menambahkan satu kolom dalam silabus untuk mewadahi nilai-nilai kewirausahaan yang akan diintegrasikan. Sedangkan cara menyususn RPP yang terintegrasi dengan nilai-nilai kewirausahaan dilakukan dengan cara mengadaptasi RPP yang sudah ada dengan menambahkan pana materi, langkah-langkah pembelajaran atau penilaian dengan nilai-nilai kewirausahaan.
Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pendidikan kewirausahaan mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai-nilai kewirausahaan sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian, dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri.Dengan prinsip ini, peserta didik belajar melalui proses berpikir, bersikap, dan berbuat. Ketiga proses ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan kegiatan yang terkait dengan nilai-nilai kewirausahaan.
Pengintegrasian nilai-nilai kewirausahaan dalam silabus dan RPP dapat dilakukan melalui langkah-langkah berikut:
  • Mengkaji SK dan KD untuk menentukan apakah nilai-nilai kewirausahaan sudah tercakup didalamnya.
  • Mencantumkan nilai-nilai kewirausahaan yang sudah tercantum di dalam SKdan KD kedalam silabus.
  • Mengembangkan langkah pembelajaran peserta didik aktif yang memungkinkan peserta didik memiliki kesempatan melakukan integrasi nilai dan menunjukkannya dalam perilaku.
  • Memasukan langkah pembelajaran aktif yang terintegrasi nilai-nilai kewirausahaan ke dalam RPP.
2.   Pendidikan Kewirausahaan yang Terpadu Dalam Kegiatan Ekstra Kurikuler
Kegiatan Ekstra Kurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah/madrasah. Visi kegiatan ekstra kurikuler adalah berkembangnya potensi, bakat dan minat secara optimal, serta tumbuhnya kemandirian dan kebahagiaan peserta didik yang berguna untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Misi ekstra kurikuler adalah (1) menyediakan sejumlah kegiatan yang dapat dipilih oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka; (2) menyelenggarakan kegiatan yang memberikan kesempatan peserta didik mengespresikan diri secara bebas melalui kegiatan mandiri dan atau kelompok.
3.  Pendidikan Kewirausahaan Melalui Pengembangan Diri
Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah/madrasah. Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya pembentukan karakter termasuk karakter wirausaha dan kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan masalah pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir, serta kegiatan ekstra kurikuler.
Pengembangan diri yang dilakukan dalam bentuk kegiatan pengembangan  kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, kondisi dan perkembangan peserta didik, dengan memperhatikan kondisi sekolah/madrasah.
Pengembangan diri secara khusus bertujuan menunjang pendidikan peserta didik dalam mengembangkan: bakat, minat, kreativitas, kompetensi, dan kebiasaan dalam kehidupan, kemampuan kehidupan keagamaan, kemampuan sosial, kemampuan belajar, wawasan dan perencanaan karir, kemampuan pemecahan masalah, dan kemandirian. Pengembangan diri meliputi kegiatan terprogram dan tidak terprogram. Kegiatan terprogram direncanakan secara khusus dan diikuti oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pribadinya. Kegiatan tidak terprogram dilaksanakan secara langsung oleh pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah/madrasah yang diikuti oleh semua peserta didik. Dalam program pengembangan diri, perencanaan dan pelaksanaan pendidikan kewirausahaan dapat dilakukan melalui pengintegrasian kedalam kegiatan sehari-hari sekolah misalnya kegiatan ‘business day’ (bazar, karya peserta didik, dll)
4.   Perubahan Pelaksanaan Pembelajaran Kewirausahaan dari Teori ke Praktik
Dengan cara ini, pembelajaran kewirausahaan diarahkan pada pencapaian tiga kompetansi yang meliputi penanaman karakter wirausaha, pemahaman konsep dan skill, dengan bobot yang lebih besar pada pencapaian kompetensi jiwa dan skill dibandingkan dengan pemahaman konsep. Dalam struktur kurikulum SMA, pada mata pelajaran ekonomi ada beberapa Kompetensi Dasar yang terkait langsung dengan pengembangan pendidikan kewirausahaan. Mata pelajaran tersebut merupakan mata pelajaran yang secara langsung (eksplisit) mengenalkan nilai-nilai kewirausahaan, dan sampai taraf tertentu menjadikan peserta didik peduli dan menginternalisasi nilai-nilai tersebut. Salah satu contoh model pembelajaran kewirausahaan yang mampu menumbuhkan karakter dan perilaku wirausaha dapat dilakukan dengan cara mendirikan kantin kejujuran, dsb.
5.   Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan ke dalam Bahan/Buku Ajar
Bahan/buku ajar merupakan komponen pembelajaran yang paling berpengaruh terhadap apa yang sesungguhnya terjadi pada proses pembelajaran. Banyak guru yang mengajar dengan semata-mata mengikuti urutan penyajian dan k egiatan-kegiatan pembelajaran (task) yang telah dirancang oleh penulis buku ajar, tanpa melakukan adaptasi yang berarti. Penginternalisasian nilai-nilai kewirausahaan dapat dilakukan ke dalam bahan ajar baik dalam pemaparan materi, tugas maupun evaluasi.
6.  Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan melalui Kutur Sekolah
Budaya/kultur sekolah adalah suasana kehidupan sekolah dimana peserta didik berinteraksi dengan sesamanya, guru dengan guru, konselor dengan sesamanya, pegawai administrasi dengan sesamanya, dan antar anggota kelompok masyarakat sekolah.
Pengembangan nilai-nilai dalam pendidikan kewirausahaan dalam budaya sekolah mencakup kegiatan-kegiatan yang dilakukan kepala sekolah, guru, konselor, tenaga administrasi ketika berkomunikasi dengan peserta didik dan mengunakan fasilitas sekolah, seperti kejujuran, tanggung jawab, disiplin, komitmen dan budaya berwirausaha di lingkungan sekolah (seluruh warga sekolah melakukan aktivitas berwirausaha di lngkungan sekolah).
7. Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan melalui Muatan Lokal
Mata pelajaran ini memberikan peluang kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuannya yang dianggap perlu oleh daerah yang bersangkutan. Oleh karena itu mata pelajaran muatan lokal harus memuat karakteristik budaya lokal, keterampilan, nilai-nilai luhur budaya setempat dan mengangkat permasalahan sosial dan lingkungan yang pada akhirnya mampu membekali peserta didik dengan keterampilan dasar (life skill) sebagai bekal dalam kehidupan sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan. Contoh anak yang berada di  ingkungan sekitar pantai, harus bisa menangkap potensi lokal sebagai peluang untuk mengelola menjadi produk yang memiliki nilai tambah, yang kemudian diharapkan anak mampu menjual dalam rangka untuk memperoleh pendapatan.
Integrasi pendidikan kewirausahaan di dalam mulok, hampir sama dengan integrasi pendidikan kewirausahaan terintegrasi di dalam mata pelajaran dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pada semua mata pelajaran. Pada tahap perencanaan ini, RPP dirancang agar muatan maupun kegiatan pembelajarannya MULOK memfasilitasi untuk mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan. Cara menyusun RPP MULOK yang terintegrasi dengan nilai-nilai kewirausahaan dilakukan dengan cara mengadaptasi RPP MULOK yang sudah ada dengan menambahkan pada materi, langkah-langkah pembelajaran atau penilaian dengan nilai-nilai kewirausahaan. Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pendidikan kewirausahaan mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai-nilai kewirausahaan sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian, dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri. Dengan prinsip ini peserta didik belajar melalui proses berpikir, bersikap, dan berbuat. Ketiga proses ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan kegiatan yang terkait dengan nilai-nilai kewirausahaan. > Ika Umaya Yasinta

Kamis, 24 Mei 2012

4 Cara Tumbuhkan Jiwa Wirausaha pada Anak




Ajak anak untuk mulai berani berinteraksi dengan orang lain, dan tampil lebih percaya diri akan kemampuan mereka.


KOMPAS.com - Menjadi pewirausaha dianggap sebagai jalan keluar untuk mengatasi berbagai masalah di dunia kerja. Bahkan, Mary Mazzio, pembuat film sekaligus seorang pengusaha di Amerika, mengatakan bahwa setiap orang memiliki kewajiban untuk menjadi wirausaha. "Namun Anda harus bertanya bagaimana cara menciptakan nilai lebih pada produk, dan mengetahui cara bisnis yang lebih baik," ungkap Mazzio.
Untuk menambah ilmunya tentang wirausaha, Mazzio banyak mewawancarai para pengusaha sukses seperti Richard Branson, pemilik Virgin Group, dan Arthur Blank, co-founder The Home Depot. Dalam wawancaranya, satu hal yang paling diingat oleh Mazzio adalah sifat kewirausahaan ini bisa diajarkan pada anak-anak, agar mereka memiliki jiwa wirausaha sejak kecil. Untuk menanamkan jiwa wirausaha pada anak-anak, ini yang harus Anda lakukan:

1. Tumbuhkan rasa percaya diri
"Anak saya sangat pemalu ketika masih kecil, dan ia akan mengarang berbagai alasan untuk menolak permintaan saya untuk mulai berwirausaha," ungkap Mazzio.
Sebaiknya didik anak untuk lebih percaya diri dan menghilangkan rasa malu dalam dirinya. Berhenti berpikir tentang rasa malu terhadap orang lain, dan berhentilah untuk hanya berpikir tentang diri sendiri. Ajak anak untuk mulai berani berinteraksi dengan orang lain, dan tampil lebih percaya diri akan kemampuan mereka.

2. Membuat kamar inspirasi
Dimana para pengusaha mendapatkan inspirasi dan ide-ide terbaik mereka? Menurut Mazzio, sebagian besar ide terbaik para pengusaha dihasilkan dari sebuah ruang untuk berpikir kreatif. Buatlah sebuah ruang bermain yang penuh dengan berbagai hal yang bisa meningkatkan kreativitas anak.

"Jika anak-anak merasa bosan, hindari untuk membeli mainan untuk mereka. Ajari mereka untuk memikirkan cara menghibur diri mereka sendiri," sarannya.
Proses ini bertujuan untuk mengajarkan anak-anak memecahkan masalah mereka, lebih kreatif, dan punya inisiatif yang tinggi. Inilah salah satu modal seorang pengusaha yang sukses.

3. Tingkatkan produktivitas
Ketika bekerja atau berwirausaha, uang memang merupakan imbalan yang akan didapatkan sebagai hasil dari produktivitas dan kreativitas mereka. Namun, biasakan untuk mengajarkan pada anak-anak bahwa uang tidak selalu bisa menjamin kebahagiaan mereka. Beri pengertian pada anak, bahwa sebenarnya proses produktiflah yang terpenting dalam pekerjaan. Karena proses produktif akan memberi mereka rasa kebebasan dan kemerdekaan.
"Pacu mereka untuk giat belajar matematika dan keterampilan menulis, karena dua pelajaran ini bisa diterapkan pada kehidupan sehari-hari, dan bisa digunakan untuk memenangkan rencana bisnis untuk investor," tukasnya.

4. Jangan remehkan kegagalan
Mazzio mengungkapkan bahwa nilai kewirausahaan bukan hanya dibutuhkan untuk menciptakan bisnis yang sukses. Kewirausahaan juga merupakan cara hidup dan cara berpikir seseorang. Ketika yang tertanam pada diri kita adalah wirausaha merupakan cara untuk mendapat kesuksesan dan menghasilkan uang yang banyak, jangan heran bila kita mengalami kegagalan.
"Banyak orang yang meremehkan kegagalan, dan kadang bicara dalam konteks menghina. Padahal dari kegagalan kita bisa belajar. Pengusaha yang besar adalah orang yang bisa bangun dan menarik diri kembali setelah gagal," tukasnya.
Belajar dari kegagalan bisa memperluas karakter Anda, dan membuat Anda berpikir lebih kreatif tentang bagaimana mencapai berbagai hal yang sulit dicapai. Ajarkan anak-anak untuk siap menghadapi berbagai kegagalan yang mungkin terjadi, dan ajarkan mereka untuk lebih berani menghadapi berbagai risiko. (Christina Andhika Setyanti | Dini | Sabtu, 31 Maret 2012 | 07:36 WIB)

Selasa, 24 April 2012

Pentingnya Pendidikan Wirausaha

Kecenderungan yang terjadi pada masyarakat, kebanyakan dari mereka lebih menginginkan pekerjaan yang mapan setelah menyelesaikan pendidikannya. Mereka tidak mau mengawali kehidupan setelah lulus dengan memulai suatu usaha. Kesuksesan seseorang mereka lihat dari ukuran seberapa makmur kehidupan orang tersebut, berapa besar gaji yang diperolehnya, apakah ia sudah memiliki mobil mewah atau rumah yang indah. Padahal, sukses tidaknya seorang wirausahawan bukan dilihat dari sudut pandang kemakmuran dan kesejahteraan seseorang. Namun lebih dinilai dari usaha apa yang telah diperbuat dalam pekerjaannya, baik itu dengan memulai suatu usaha sendiri atau lewat pekerjaan yang digelutinya.
Pendidikan kewirusahaan sekarang ini cenderung kepada bagaimana memulai suatu usaha dan mengelola usaha tersebut dengan baik. Wirausaha bukan berarti harus memiliki suatu usaha. Wirausahawan secara umum adalah orang-orang yang mampu menjawab tantangan-tantangan dan memanfaatkan peluang-peluang yang ada. Bekerja keras unutk menjawab tantanga-tatangan yang ada dan memanfaatkan peluang-peluang yang ada dengan sebaik-baiknya tanpa harus melanggar aturan dan etika yang ada.
Pendidikan kewirausahaan sangatlah penting bagi wirausaha, agar mereka tidak meraba-raba dalam melakukan bisnis mereka. Dengan adanya pendidikan maka mereka akan mempertimbangkan semua yang akan mereka lakukan dengan matang. Pendidikan akan membentuk para wirausahawan atau pebisnis yang handal dan tangguh. Siap menghadapi tantangan yang akan mereka hadapi. Besar kecilnya resiko akan mereka pertinmbangkan matang-matang, melakukan segala hal dengan petunjuk yang mereka ketahui tanpa adanya kebimbangan yang tidak pasti.

Kamis, 19 April 2012

Mendidik Anak agar Berjiwa Entrepreneur

KOMPAS.com — Tak mudah memiliki mental seorang entrepreneur. Memiliki jiwa entrepreneur, berarti mendorong adanya mental yang mandiri, kreatif, inovatif, bertanggung jawab, dan tak mudah menyerah, seperti layaknya seorang wirausaha ketika memulai usahanya dari bawah. Alangkah baiknya jika sifat-sifat ini ditanamkan pada anak sejak dini untuk membantu mereka sukses menjalani seluruh kehidupannya.

"Bagi saya, entepreneur itu bukan sekadar seseorang yang berwirausaha, tetapi lebih kepada sifat dan mental seseorang yang kreatif dan mandiri," ungkap psikolog Tika Bisono kepada Kompas Female saat acara Swoma (Sekar Womenpreneur Award) di Gedung Smesco, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.
Orang dewasa saja belum tentu memiliki sifat entrepreneur karena berbagai alasan. Maka, tak ada salahnya mendidik anak-anak sejak kecil untuk menerapkan sifat-sifat tersebut dalam hidup sehari-hari. "Sebaiknya dilatih sejak anak usia TK karena dalam tahap ini otak mereka lebih cepat menyerap informasi dan meniru semua perbuatan orangtuanya karena rasa ingin tahunya yang besar," tukasnya.

Memiliki jiwa entrepreneur akan membuat anak tumbuh menjadi anak yang lebih mandiri dan tidak bergantung pada orang lain, mampu berpikir kreatif dan inovatif, serta lebih menghargai uang dan barang. Ada banyak cara yang bisa digunakan untuk mendidik anak agar punya jiwa entrepreneur ini, salah satunya adalah mengenalkan uang kepada anak sejak dini.

"Salah jika ada yang berpikiran untuk menunggu sampai anak besar baru dikenalkan pada uang. Justru kenalkan anak nilai dan nominal uang sejak kecil agar mereka bisa tahu bahwa untuk mendapatkan uang butuh perjuangan. Namun, yang harus diperhatikan adalah cara yang digunakan haruslah sesuai dengan usia si anak," beber Tika lagi.

Orangtua bisa memberi contoh kepada anak untuk menabung atau mengajak anak berbelanja dan mengenalkannya dengan harga-harga. Menurut Tika, ketika anak-anak sudah kenal uang dan perjuangan untuk mencari uang, mereka akan lebih berhati-hati ketika meminta sesuatu kepada orangtuanya.
Selain itu, biasakan juga untuk mengajarkan anak menabung uang sakunya sendiri. Hal ini bertujuan membiasakan anak hidup hemat. Sifat hidup hemat yang ditanamkan sejak kecil akan berdampak baik sampai ia dewasa.

Anda sebagai orangtua sebaiknya juga tidak terlalu memanjakan anak dengan selalu menuruti semua keinginannya. Didik anak untuk mandiri dan tidak terlalu sering merajuk. Boleh-boleh saja sesekali menuruti permintaannya, tetapi jangan terlalu mudah terbujuk rengekan atau tangisannya ketika meminta sebuah barang.

"Ajarkan ia untuk bersabar ketika meminta sesuatu, atau minta saja dia menabung uang jajannya sendiri untuk membeli mainan tersebut. Beri pengertian kepadanya bahwa untuk mendapatkan mainan butuh uang dan harus ditabung terlebih dulu. Karena, menurut penelitian, anak yang mampu meredam keinginannya dan bersabar ternyata lebih pintar daripada anak yang tidak biasa bersabar," pungkas Tika.
Mengajarkan anak untuk bersabar sekaligus akan melatih kemandirian dan tanggung jawabnya untuk mampu mengendalikan diri serta emosionalnya.

Senin, 09 April 2012

Lulusan SD Jadi Pengusaha, Sarjana Jadi Karyawan

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah mencatat angka lulusan sarjana (S1) kalah telak dari lulusan sekolah dasar dalam hal memulai menjadi seorang pengusaha.
"Datanya diolah dari data yang kami dapat dari Kementerian Pendidikan," ujar Deputi Pengembangan Kewirausahaan Kementerian Koperasi, Taty Ariati, Sabtu, 7 April 2012.

Berdasarkan data itu minat lulusan sekolah menengah umum untuk menjadi pelaku usaha kecil dan menengah hanya 22,63 persen. Angka ini kalah dibanding minat dari lulusan SD dan sekolah menengah pertama yang mencapai 32,46 persen. Adapun lulusan perguruan tinggi hanya 6,14 persen.

Taty menyatakan data tersebut bisa menjadi catatan bahwa kurikulum pendidikan yang diajarkan di bangku sekolah saat ini cenderung tidak mendorong seseorang berminat menjadi seorang wirausahawan, tapi lebih tertarik bekerja kantoran.

Sekolah tidak lebih banyak mengajarkan keterampilan bagi peserta didik, sehingga cakap dalam persaingan usaha. Hal itu semakin kuat karena hingga kini budaya sebagian masyarakat Indonesia, sebagian besar orang tua, masih berharap anak-anaknya dapat menjadi karyawan sebuah perusahaan ketimbang membuka usaha sendiri.

"Kesannya ketika makin tinggi (tingkat pendidikannya), orang malas jadi pengusaha UKM karena di bayangannya mereka inginnya jadi karyawan," ujar dia.

Melihat fenomena itu lembaganya terus memberikan edukasi dan informasi bagi lulusan sekolah berbagai tingkatan untuk menjadi pengusaha, sehingga semakin banyak lapangan kerja baru. "Mereka (UKM) itu tidak bergantung pada peluang kerja yang diberikan pihak lain. Justru mereka membuat (peluang) sendiri," kata dia.
JAYADI SUPRIADIN

Senin, 05 Maret 2012

Gerakan Kewirausahaan Nasional Dimulai

Jakarta (ANTARA News) - Menteri Koperasi dan UKM, Sjarifuddin Hasan, menyatakan Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN) telah dimulai sejak 2 Februari 2011.

"Mulai hari ini, Gerakan Kewirausahaan Nasional telah dimulai," kata Sjarifuddin Hasan di Jakarta, Rabu, dalam acara Pencanangan GKN yang dihadiri oleh Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono.

Pencanangan GKN menandai telah dimulainya sebuah program untuk melahirkan lebih banyak wirausaha baru di Indonesia.

Ia mengatakan, saat ini jumlah wirausaha di Tanah Air baru sebanyak 0,24 persen dari total populasi penduduk, padahal untuk dapat dikatakan sebagai negara maju diperlukan setidaknya 2 persen jumlah wirausaha dari seluruh jumlah penduduk.

"Melalui GKN ini kita berharap dapat meningkatkan jumlah wirausaha minimal 2 persen dari total populasi penduduk kita," katanya.

Menurut Menteri, jika hal itu dapat dicapai maka bukan tidak mungkin jumlah pengangguran dan tingkat kemiskinan dapat ditekan sehingga kesejahteraan rakyat dapat tercapai.

Ia menambahkan, berbagai upaya dilakukan untuk mendukung GKN di antaranya program pengembangan sumber daya manusia, peningkatan program pembiayaan, dan pemasaran bagi calon wirausaha.

"Seluruh kementerian bersinergi dengan BUMN, perbankan, organisasi masyarakat dengan satu tujuan untuk meningkatkan kualitas, kuantitas, dan eksistensi GKN," katanya.

Selain itu, berbagai program yang digulirkan pemerintah antara lain program wirausaha 1.000 sarjana, pelatihan kewirausahaan, PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan), program pembiayaan CSR, PNPM Mandiri, hingga Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang tahun ini ditarget Rp20 triliun tanpa jaminan.

"Ini komitmen pemerintah untuk mendorong agar generasi muda menjadi wirausaha andal dan menjadi generasi yang menciptakan pekerjaan bukan sebagai `job seeker`," katanya.

Begitu pula program pemasaran, kata Sjarifuddin, yang diarahkan untuk mendukung kemudahan bagi calon wirausaha dalam memasarkan produknya.

"Kami juga telah bekerja sama dengan kementerian lain untuk meningkatkan fungsi pemasaran baik domestik maupun internasional," katanya.

Pihaknya telah menyediakan ruang pamer Gedung Smesco yang siap menampung pemasaran produk KUKM dari seluruh Indonesia.

Pihaknya berharap GKN akan menjadi titik balik sinerginya seluruh pemangku kepentingan untuk mendorong lahirnya lebih banyak wirausaha yang andal, mandiri, dan berdaya saing.

"Kita akan membawa rakyat Indonesia ke arah negara `the best on new economic` melalui kewirausahaan," katanya.

Dalam pencanangan GKN terangkai pula acara expo kewirausahaan, pemberian penghargaan kepada tokoh, perbankan, wirausaha muda sukses, koperasi, dan kepala daerah penggerak kewirausahaan.

Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, dalam sambutannya menyatakan gembira dan bangga terhadap seorang wirausaha atau mereka yang bertekad menjadi wirausaha.

"Wirausaha adalah seorang yang punya ide, kreatif, dan inovatif. Mereka berani melakukan sesuatu yang baru, berani mengambil risiko," katanya.

Wirausaha, menurut Presiden juga tidak pasif tetapi aktif untuk berkarya bagi kemajuan hidupnya.

( By Sufajar Butsianto )